24 March 2014

Catatan untuk Presentasi Poster

Minggu lalu, ACS National Spring Meeting diadakan di Dallas, menandakan sudah hampir setahun berlalu dari ACS Meeting yang saya ikuti di New Orleans. Di ACS Meeting tahun lalu, saya berkesempatan untuk presentasi oral dan poster sekaligus. Untuk topik yang sama sih, tapi untuk saya pribadi, ternyata presentasi poster perlu persiapan yang lebih khusus. Karenanya, dari sejak meeting-nya udahan, saya sudah berencana menuliskan catatan pribadi tentang hal-hal yang diperhatikan untuk presentasi poster (terus niatnya terlupakan selama setahun, ckck). Siapa tau nanti ada kesempatan untuk ikut konferensi di sana lagi, atau di tempat-tempat lain yang lebih seru. (Plis di-amin-kan dong, plis)

Keunggulan utama dari presentasi poster adalah kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan individu/kelompok kecil yang tertarik dengan riset kita. Tips mengenai hal yang sebaiknya diperhatikan untuk presentasi poster sebetulnya sudah banyak bertebaran di alam raya internet, dari sumber-sumber yang terpercaya. Tapi personal note kan sifatnya lebih, well.. personalized (zzztt), maka jadinya lebih pas hati. Seperti sendal Rindy.
Oke, sebelum racauan saya semakin tidak jelas, kita mulai saja bahasan utamanya. Poin-poin yang harus diperhatikan untuk presentasi poster:

1. Jangan lupa untuk menyiapkan posternya
Well, this is too obvious.  Tapi hebohnya persiapan untuk konferensi di tempat yang jauh kadang cukup menyita perhatian untuk bisa membuat saya lupa detil-detil penting. Seperti misalnya, memastikan bahwa poster yang di-print adalah edisi yang final.

2. Perhatikan ketentuan ukuran poster dari panitia

Dari beberapa presentasi poster yang pernah saya ikuti, A0-portrait adalah ukuran dan layout standar untuk poster. Untuk konferensi ACS ini, panitia meminta poster ukuran sekitar 2 m x 1.2 m dengan landscape layout. Iya, itu gede banget. Bisa untuk alas shalat 4-5 orang anak SD.
Ukuran poster tentu menentukan berapa banyak dan apa saja konten yang bisa dimasukkan.

3. Pilih judul se-general mungkin 
(tapi tetap cukup spesifik untuk tema sesi yang diikuti, dan tentu tidak menyimpang dari isi poster)
Kesimpulan ini saya dapat sewaktu saya muter-muter lihat poster orang lain. Judul yang menggunakan istilah spesifik bidang tertentu, yang di luar bidang saya, ternyata memiliki semacam repulsive force, alias bikin saya malas mendekati :P. Sebaliknya, poster yang judulnya relatif umum dan bisa saya mengerti, membuat saya tertarik untuk mampir dan setidaknya baca abstraknya.
Ini ilustrasi poster yang saya buat, semoga judulnya cukup jelas terbaca. 


Poster saya ada di kelompok Energy and Fuel, dan saya kira judul yang saya pilih sudah cukup umum. Saya kaget sendiri bahwa ternyata setelah tiba di tempat, cakupan tema ini luaaas sekali. Untuk lebih menarik perhatian, harusnya saya bisa memilih judul yang lebih umum lagi. Misalnya, "Predictive model equation for hydrogen production from water-sulfide reaction for sustainable and green energy system". Penggunaan hidrogen sebagai energy carrier belum menjadi suatu hal yang umum diketahui. Sebaliknya, frase "sustainable and green energy system" sudah umum dipahami, maka saya kira penambahan frase ini pada judul poster akan lebih menarik untuk orang-orang yang berbeda bidang keahliannya.

4. Siapkan beberapa variasi brief explanation dari isi poster
Beberapa variasi maksudnya untuk senior researcher (misal profesor), colleague (sesama peneliti muda) dan undergraduate.
Walaupun level keasingan terhadap riset saya relatif sama dari ketiga kelompok ini, tapi ternyata sebaiknya digunakan cara penyampaian yang berbeda untuk menjelaskan pada masing-masing kelompok. Senior researcher sepertinya lebih tertarik kalau bahasa yang digunakan lebih advanced, terlihat agak bosan beliau-beliau ini ketika saya memberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana. Maksud saya sih biar benar-benar penjelasannya dimengerti, soalnya yang bertanya expertise-nya nggak ada hubungannya sama sekali dengan riset saya, tapi sepertinya malah jadi kurang menarik. Sama halnya untuk colleague dan undergraduate, pembahasaan yang tepat dalam menjelaskan isi poster akan lebih menarik untuk masing-masing kelompok.

5. Pernak-pernik presentasi
Poin-poin standar untuk diperhatikan:
  • Infographic tentunya lebih menarik dibanding tulisan yang panjang-panjang.
  • Tulisan kekecilan itu bikin malas mendekati, termasuk untuk keterangan gambar.
  • Poster warna-warni itu menarik, tapi poster yang komposisi warnanya terlalu banyak/mencolok juga punya repulsive force, bikin sakit mata.
  • Jangan menutupi abstrak, pilih sisi lain dari poster untuk berdiri.

Apa lagi ya, sepertinya itu dulu yang saya ingat dari evaluasi pribadi untuk presentasi poster. Untuk yang baca, semoga catatan ini bermanfaat. Untuk saya dan Dede, semoga ada kesempatan jalan-jalan untuk konferensi lagi. :D

***

"A, kapan ya aku gakkai lagi?"
"Nanti, abis dedenya dua lagi."
"Hah, maksudnya setelah anak ketiga?"

Aa nyengir. Saya pingsan.

1 comment: