21 April 2018

Buku-Buku Maret 2018

Buku-buku bulan ini masih disponsori oleh aplikasi iPusnas dengan tambahan buku yang dibeli dengan diskon imlek dari Google Play, 90% dan 85%! Walbiyasha.
Nggak ada diskon lagi nih, Google Play? Nggak ada banget? Banget banget?

1. Rectoverso (Dee) - selesai
E-book, pinjem di iPusnas

Waktu kuliah, serial supernova saya masukkan kategori wajib baca. Tapi entah kenapa, hati tidak tergerak untuk baca bukunya Dewi Lestari yang ini. Lalu kemarenan itu iseng jalan-jalan di iPusnas, liat buku ini, "eh, kok nggak ada antrian? Cingan coba pinjem. Eh bisa!". Jadi baca deh.. Begitulah.
Bukunya Dewi Lestari mah bahas apanya atuh ya, bagus mah ya nama penulisnya pun sudah jaminan lah, kualitas terjaga. Yang menjadi highlight untuk saya adalah personal experience saat membacanya. Buku ini, secara intensif membahas tentang perasaan, mengupas apa yang tokoh-tokohnya rasakan di berbagai kejadian. Halaman demi halaman dibuka, eh tapi ini kok agak memaksakan diri sih buat nerusin baca? Lalu barulah tersadar bahwa ternyata topic of interest bacaan saya sudah bergeser..
Jaman bareto, bahasan abstrak seperti perasaan ini adalah santapan nikmat untuk si jiwa melankolis, sekarang mah asa rada rieut bacanya XD. Lebih senang baca yang real dan evidence-based saja lah. Yang pasti bukan karena isinya yang nggak bagus sih. Sayanya aja yang sudah terpapar realita hidup (ibu-ibu), diajak menyelami perasaan mah, ah tos teu ngartos we sawios.

Personal score: 3.7/5

2. The Gene, An Intimate History (Siddhartha Mukherjee) - selesai, FUAH! Akhirnyah!
Versi cetak beli di BBW

Bagian akhir dari buku ini membahas tentang teknologi DNA sequencing yang udah bisa membaca adanya kemungkinan penyakit dari kode DNA pada embrio (bahkan pada usia janin yang baru beberapa minggu), terutama untuk penyakit yang sifatnya high penetrance; maksudnya, keberadaan (kelainan) kode DNA tertentu kemungkinannya tinggi untuk menjadi pemicu timbulnya penyakit di kemudian hari, apalagi kalau ditambah dengan adanya garis keturunan yang memiliki sejarah sakit yang sama. Contoh penyakit yang termasuk kategori ini diantaranya down syndrome, breast cancer dan alzheimer.
Bab terakhir buku ini judulnya Post-Genome. Jadi, sejak awal tahun 2000an, para geneticist terkemuka di seluruh dunia bekerja dalam sebuah proyek raksasa bernama The Human Genome Project (a bit of tangent, this project inspired the title of "The Rosie Project" novel). Proyek ini inti pekerjaannya ada menerjemahkan seluruh kode genetik yang ada pada tubuh manusia, mengetahui fungsi apa yang diregulasi oleh setiap rangkaian kode DNA. Bahasan post-genome mempertanyakan apa yang akan dilakukan oleh manusia setelah nanti tau keseluruhan isi tubuhnya. "Oke, sekarang kita udah tau seluruh komponen dasar penyusun tubuh kita, sudah tau kalau mau memodifikasi fungsi yang ini, yang mesti diubah adalah kode DNA yang itu. Terus apa?".
Roughly saying, secara ilmu pengetahuan, teknik modifikasi genetika sudah memungkinkan (setidaknya dasarnya sudah ada, dan pengembangannya terus dilakukan) untuk melakukan intervensi terhadap bagian apa pun dari tubuh manusia. Pertanyaan selanjutnya, pengetahuan ini mau dipakai untuk apa? Apakah setiap embrio yang diketahui memiliki kelainan akan dieliminasi? Apakah manusia akan diberi kebebasan untuk memilih komposisi karakter apa yang diinginkan dari keturunannya? Dan, salah satu pertanyaan yang paling penting, aturan dan etika seperti apa yang perlu dirancang agar umat manusia tidak sampai menghancurkan dirinya sendiri?

Dari sisi lain, buku ini menarik karena menyajikan temuan-temuan ilmiah di bidang genetika dari sudut pandang kisah orang-orang yang berkecimpung di dalamnya. Cara penceritaan seperti ini ditemui juga di buku pop-sci lain yang menang Pulitzer. Efeknya adalah topik yang diceritakan terasa lebih membumi dan manusiawi, kalau dibandingkan dengan hanya membahas objek penelitiannya.

Personal score: 4.2/5

3. Origin (Dan Brown) - selesai
Versi e-book beli di Google Play (pake diskon imlek dong tentu~) Waktu milih kategori buku fiksi, novel ini saya beli dengan pertimbangan.. harganya paling mahal, hehehe. Alasan lainnya, adalah karena pernah dibahas selintas oleh Ust. Salim A. Fillah. If he made time to read this in the midst of his tight schedule then it has got to be worth it, so I suppose.

Terus gimana, seru? Baaangeeeeeet.

Posisi teratas novel genre sci-fi (versi saya), yang tadinya diduduki Quantum Lens (Douglas E. Richard), langsung direbut oleh buku ini. Dibanding judul-judul novel Dan Brown sebelumnya, Origin ini yang paling keren dan paling menghanyutkan saat bacanya (of course availability bias might interfere my opinion, but anyway..).
Kisahnya adalah tentang seorang teknokrat yang sangat ahli di bidang modeling matematis, kredibilitasnya meroket karena prediksinya tentang kondisi ekonomi regional (atau global?) berulang kali terbukti akurat. Konflik utama dari buku ini adalah ketika si teknokrat membuat model yang menjawab dua pertanyaan utama umat manusia:

From where do we come from? 
Where are we going? 

Hasil modelingnya, dikisahkan akan mengubah total persepsi diri manusia dan menggoyahkan "dogma agama". Prediksinya apa? Nah, bagian ini seru banget. Plausible and heavily fact-based. 

Poin plus-plus dari novelnya Dan Brown adalah bahwa hasil penelitian yang dinukil itu betul-betul ada, latar tempat juga nyata dan digambarkan dengan sangat detil, jadi sambil baca rasanya sambil belajar sekaligus jalan-jalan. Di buku ini, topik bahasannya luas banget, dari big bag, evolusi, genetika, entropi, seni, dan yang paling dominan adalah bidang artificial intelligence. Plotnya sedap, dramanya juga pas sebagai bumbu dan ga berlebihan. Pas akhirnya sampai ke halaman terakhir buku, saya menarik napas panjang; antara kehilangan karena bukunya udahan sekaligus lega karena konfliknya selesai. 
Super. 

Personal score: 4.8/5 

4. Sapiens, A Brief History of Humankind (Yuval Noah Harari) - halaman 200an dari 280an 
E-book, beli di Google Play

Buku ini, udah lamaaa banget ada di wishlist, hampir 3 tahun. Bolak-balik cek stok di Periplus tapi belinya nggak jadi-jadi, karena terselingi baca buku-buku yang dibeli di BBW. Maka, ketika ada diskon yang di Google Play itu, buku ini otomatis jadi judul pertama yang terlintas. Dicari.. dicari.. dan akhirnya dapet versi bundling (sama Homo Deus) dengan harga nggak sampai 30 ribu rupiah! Brb ambil tisu nangis terharu.

Lalu setelah sekian lama tertunda dan menanti untuk ketemu, apakah buku ini worth the wait? 
Yes. Yes yes yes. 

Buku ini adalah jenis buku langka yang bisa mengubah/memperkaya perspektif tentang hal-hal yang mendasar; tentang sejarah kehidupan, tentang umat manusia, tentang diri. 
Salah satu bahasan yang menarik di bagian awal, adalah tentang posisi Hominid (genus Homo, Sapiens adalah salah satu bagiannya) pada rantai makanan. Dari sudut pandang kajian evolusi, Hominid ada pada satu kelompok besar dengan primata. Secara umum, primata ini kelasnya kan sedang-sedang saja, bukan predator kelas atas, bukan juga mangsa lemah yang ada di kelas terbawah. Sampai hari ini, primata lain (seperti monyet, orang utan, gorila) juga kelasnya masih ada di tengah untuk rantai makanan. Tapi sesuatu terjadi pada Sapiens, sebuah titik perubahan yang diistilahkan sebagai cognitive revolution. Apa penyebab cognitive revolution? Kalau dari bahasan evolusi sih ya hasil random event aja, purposeless sebagaimana yang terjadi pada seluruh makhluk di muka bumi. Setelah titik ini, Sapiens jadi memiliki kemampuan untuk memanipulasi lingkungan dengan level yang belum pernah sanggupdilakukan oleh makhluk yang pernah ada sebelumnya. Salah satu kunci dari kemampuan ini, adalah pada keterampilan komunikasi yang kompleks, bahasa. Kunci lain, adalah "penguasaan" api, kontrol energi
Setelah terjadinya cognitive revolution, tahap demi tahap Sapiens naik kelas, hingga akhirnya menempati puncak rantai makanan. Proses naiknya Sapiens ini, untuk skala waktu evolusi, terjadi waktu yang sangat cepat sehingga tidak memberikan kesempatan bagi hewan lain, dan planet bumi secara umum, untuk beradaptasi. Hasilnya? Diawali dengan kepunahan dari banyak jenis hewan raksasa. Kedatangan Sapiens ke suatu lokasi baru, diikuti dengan punahnya hewan-hewan raksasa yang kemungkinan diburu, baik karena dianggap bahaya atau karena dijadikan bahan makanan. Hewan raksasa kan mudah terlihat ya, jadi sasaran empuk. Sementara hewannya sendiri belum sempat beradaptasi dengan keberadaan makhluk dengan ukuran badan jauh lebih kecil tapi ternyata sangat berbahaya. Sebagai gambaran, mungkin dikiranya ketemu sejenis monyet yang bukan merupakan ancaman untuk mereka gitu, sehingga hewan-hewan ini tidak mempunyai mekanisme pertahanan diri untuk menghadapi Sapiens. Fakta pendukung untuk hipotesa ini, adalah bahwa fosil hewan marsupial raksasa termuda di Australia dan fosil hewan pengerat raksasa termuda di Amerika, usianya tidak jauh dengan jarak kedatangan Sapiens pertama kali ke dua benua tersebut. Permasalahan ini tidak berhenti di kepunahan hewan raksasa, banyak kasus unsustainability yang kemudian menjadi akibat dari "terlalu cepatnya" Sapiens naik ke puncak rantai makanan. 

Bahasan untuk setiap tema tidak terlalu mendalam, ya judulnya juga brief history sih.. Tapi cukup jelas untuk menggambarkan masing-masing peristiwa penting dalam sejarah umat manusia, sekaligus kaitan antara satu fenomena dengan yang lainnya. 
Satu hal lagi, buku ditulis dengan logika yang solid sekaligus (untuk kategori non-fiksi) alur yang menghanyutkan. Di sisi lain, sudut pandangnya hanya menganggap real hal-hal yang empiris. Nggak empiris? Ya nggak real, semata hasil imajinasi manusia. Di beberapa bagian, saya sampe baca ta'awudz berkali-kali XD, biar nggak sembarangan terbawa arus pemikiran penulisnya. 

Personal score: belum ada karena belum selesai


No comments: