25 April 2016

Jalan-jalan (hampir) Pantai Jonggring

Alkisah bos TFF mau field trip, ke pantai di selatan Malang, terus kebetulan mahasiswanya pada nggak bisa dan jadi ada slot kosong di mobil. Coba deh, apa yang terbayangkan saat mendengar kata pantai? Debur ombak, wangi angin laut, hamparan pasir putih dan lambaian nyiur kelapa kan? Kan? Maka saat ada kesempatan jalan-jalan ke pantai, tentu saja saya harus minta ikut kan :p? Sorai dibangunin pagi-pagi, pakai baju santai untuk ke pantai berupa kaos tipis dan celana tujuh per delapan. Jemputan datang, lalu berangkatlah TFF bersama tim survey.

Perjalanannya lumayan lama ternyata, karena diselingi berhenti-berhenti untuk ambil data koordinat di beberapa titik di sekeliling waduk Sutami, dan tentu saja berhenti di Indomaret (untuk jajan, bukan ambil data). Berangkat dari rumah jam 7 pagi, menjelang dzuhur kami baru sampai di rumah salah satu anggota tim yang berjarak sekitar belasan kilometer dari pantai, numpang shalat dan istirahat sebentar.

Setelah dzuhur perjalanan dilanjutkan, Ibu yang kami singgahi rumahnya membekali berbotol-botol beras kencur alami buatan sendiri, buat diminum di pinggir pantai katanya. Aduh terbayang pasti seger banget.

"Mau ke pantai yang mana, Pak? Ada pantai Ngliyep sama Jonggring yang dekat sini", Mas Navigator bertanya sama bos TFF yang merangkap bos perjalanan.
"Yang lokasinya bagus untuk disurvey saja, Mas."
Mas Navigator berpikir sejenak, lalu bilang "Jalannya nggak aspal nggak apa-apa, Pak?"
"Nggak apa-apa, asal supirnya aja nih kuat", jawab bos TFF.
Saya husnudzon sepenuh hati bapak-bapak ini sudah mempertimbangkan keberadaan bocah cilik yang ikut di mobil.

Mobil terus melaju di tengah teriknya siang..
Sorai mulai ngantuk..
Jalan aspal mulai hilang dari pandangan..
Sorai mulai tidur..
Jalan berbatu mulai semakin nggak rata, mobil makin gogorenjagan.. (Apa itu gogorenjagan?)
Sorai alhamdulillah masih nyenyak tidur, sampai.. GREEEKK. Mobil nyangkut di gundukan batu tinggi dan besar di tengah jalan. Bagian bawahnya udah kegesek entah kayak apa. Dipaksa digas nggak bisa maju, sampai akhirnya semua penumpang turun. Iya, si bocah juga. Bangun lah dia. Dipaksa digas, mobil masih juga nggak mau jalan. Dorong-doronglah para anggota tim yang laki-laki semua itu. Setelah sekitar 15 menit, mobil akhirnya bisa jalan lagi, hamdallah..

Perjalanan berlanjut, sampai.. ZZZZZNG! ZZZZZNG! Bunyi roda yang muter tapi mobil nggak bisa jalan. Lumpur saudara-saudara.. Harap diperhatikan bahwa udara di mobil sudah panas dan lembab, pantai kan sedikit lagi (tapi pemandangan sekitar masih hutan belantara). Yak, para mas-mas turun lagi.. mas supir mulai terlihat lelah, mas avanza alias mobil yang ditumpangi juga sudah mengeluarkan bau kopling. Kak, pantainya mana kaaaak..

Setelah didorong, mobil bisa jalan lagi, sampai akhirnya menyerah di tantangan berikutnya. Jalan kecil berlumpur, pinggirnya dalem dan tengahnya batu tinggi. Mesin mobil udah panas banget. Waktu menunjukkan sekitar pukul 2 siang. Wis, kami menyerah. So long, selonjoran minum beras kencur di pinggir pantai!

Semua turun dari mobil dan tim dibagi 2, yang satu meneruskan jalan kaki ke pantai untuk ambil data, satu lagi mengupayakan biar mobil bisa balik arah. Sorai gimana? Being his almost-2-years-old self, tentu saja nggak betah diem lama-lama. Agak rewel waktu liat bapaknya pergi ke pantai, mau ikut ya masa. Rewel juga karena pengen nyetir mobil sementara di dalem mobil panasnya bak sauna. Lalu rewel karena diserbu nyamuk kebon sementara bajunya terbuka tangan dan kakinya. Untunglah mau ngerti waktu dikasih tau Papa kerja dulu ambil data, dan dibilang Sorai harus bageur dulu biar om-nya bisa muterin mobil. Mamak, kami ingin pulang Mamak.

Hampir satu jam berlalu dan bapake Sorai masih belum terlihat di ujung cakrawala (yang berupa tanjakan). Langit mulai mendung. Ini kalau hujan sudahlah wassalaamu'alaikum. Entah gimana caranya si mobil bisa jalan lagi kalau jalannya makin berlumpur. Saya mulai berhitung dalam pasrah, menghitung jarak ke rumah penduduk, keberadaan payung, persediaan baju ganti Sorai, dan bekal makanan (yang baru aja habis!). Ini jalan-jalan apa pelatihan Wanadri siih.

Menjelang ashar akhirnya tim pantai kembali sudah, sementara si mobil masih belum juga berhasil diputerin. Tim pemutar mobil nampaknya mendapat suntikan semangat baru dengan kembali lengkapnya anggota pasukan. Mas supir kembali ke kursi kemudi, yang lain dorong-dorong, lap-lap ban yang penuh lumpur dan angkut-angkut batu. Sementara itu si ibu melipir sambil terus berupaya meminimalisir serangan nyamuk di badan Sorai, sambil bantu doa juga. Another satu jam sampai mobil bisa diputar dan didorong sampai di jalan berbatu yang lebih layak. Luar biasaaa (!!) upaya para lelaki yang belum pada makan siang itu. Terus kerja tanpa mengeluh. Hats off. :)

When we finally passed the rocky roads, I felt the beauty of jalan aspal like never before. Sesungguhnya penemuan jalan aspal adalah karunia yang harus disyukuri! Selain itu, alhamdulillah nggak sampe turun hujan, alhamdulillah nggak habis bensin di jalan, alhamdulillah mesin mobil nggak sampe mogok di hutan. Dan akhirnya semuanya selamat sampai lagi di rumah, alhamdulillaah..

Keesokan paginya. Saat si ibu masih sakit-sakit badan, Sorai yang baru bangun bilang, "Bu, (l)agi bu, do(r)ong-do(r)ong."
*insert facepalm emoji here*

 *** 

P.S. Dear Papa, here's a note for your next field trip:
- jangan lupa bekel makanan berat
- jangan lupa bawa autan
- jangan. pake. avanza.

No comments: