05 May 2012

Percaya diri?

Minggu lalu, ustadz Fauzil Adhim datang ke Sendai dalam rangka rangkaian acara pengajian dari Dompet Dhuafa cabang Jepang. Ustadz ini pakarnya pendidikan keluarga, dari pranikah sampai pendidikan anak. Dari sekian banyak isi pengajian, ada satu yang paling saya ingat: 

"Sebelum mendidik anak untuk percaya diri, dahulukan dan utamakan mendidik untuk percaya pada Allah."
 
Hal yang sama berlaku (lebih dulu) untuk diri sendiri (tentunya).

Percaya diri, kadang tipis bedanya sama sombong kalau hati nggak dijaga tunduk sama Allah. Di beberapa ayat Al-Quran disinggung tentang manusia yang merasa bahwa hal baik yang terjadi padanya adalah karena usaha atau kepintarannya sendiri; nggak menyadari bahwa kalau Allah nggak ridha, mau usaha jungkir balik kayak apa juga nggak akan terjadi. Surat  Az-Zumar ayat 39 misalnya.
Percaya diri, bisa jadi salah kaprah karena dasarnya nggak tepat. Merasa lebih pintar misalnya, atau lebih berpengalaman, atau lebih berharta, bisa mudah sekali menggelincirkan hati untuk jadi merasa lebih baik dari orang lain.
Percaya diri, mau nggak mau pasti terbatas, karena sekedar didasarkan sama kemampuan sendiri.

Maka cukupkanlah diri dengan percaya pada Allah, sumber kekuatan yang nggak terbatas, yang Maha Segalanya. Adalah berbekal kepercayaan pada Allah, Rasul dan para sahabat bertahan dalam kondisi serba genting di perang Khandaq; perut lapar, cuaca dingin, musuh menggempur tanpa henti, tanpa waktu istirahat bahkan untuk shalat. Adalah iman yang mantap pada Allah, yang menjadikan seorang bekas budak muslim berani dengan tegap menghadapi raja yang masih kafir, padahal bajunya usang dan penampilannya lusuh.
Belajar dari kalimat dalam adzan, ketika muadzin melafalkan 'marilah kita shalat', jawaban yang diajarkan bukanlah semacam 'saya pasti bisa!', tapi 'laa haula wa laa quwwata illaa billah'. Tidak ada daya upaya selain dari Allah. Jawaban yang sama untuk ajakan menuju kemenangan; tidak ada daya dan upaya selain dari Allah.

Mencukupkan diri dengan percaya pada Allah, menjaga hati untuk lebih terkendali, selalu tunduk padaNya. Sekaligus memampukan untuk menempatkan diri dengan lebih proporsional di hadapan sesama manusia; terjauh dari sombong, terhindar dari takut yang tak perlu.  

***

Wallahu a'lam bish shawab

No comments: